
Makassar, Inspirasimakassar.com:
Falsafah “hidup orang basudara” di Maluku mencerminkan sikap batin orang Maluku di manapun dia berada. Semangat orang basudara menjadi energi budaya yang menggerakan orang Maluku, untuk mampu membina hidup bersama lebih harmonis dalam perbedaan-perbedaan. Disinilah, yang membuat Maluku termaknai sebagai sebuah keluarga besar yang majemuk, dan kemajemukan itulah membuatnya besar.
Bersandar dari falsafah hidup orang basudara itulah, Kerukunan Keluarga Maluku (KKM) Sulawesi Selatan menggelar pertemuan virtual pada, Sabtu, 6 Juni 2020. Pertemuan dipimpin Ketua KKM, Prof.Dr.dr.H.Atja Razak Thaha,M.Si itu menghasilkan sejumlah kesepakatan, seperti yang pernah mengemuka di internal pengurus KKM. Yakni, uang kas yang bersumber dari anggota pengurus.

Hal lain yang mengemuka adalah, merencanakan untuk menyatukan masyarakat Maluku, bukan saja di Makassar dan Sulawesi Selatan, melainkan dunia melalui seni. Tidak lain karena, seni menjadi identitas dan kental di tengah tengah masyarakat Seribu Pulau tersebut.
Sekalipun tema sentral yang diangkat lewat penyatuan masyarakat Maluku belum menemui titik temu, namun telah mengemuka sejumlah masukan. “Malam Badonci, Maluku Panggel Pulang, Maluku Badendang, Maluku Bastori, hingga Maluku Badonci Game Pulang,” demikian resume yang ditulis Sekjen KKM, Hans Paljama, seraya mengharapkan ada masukan dari warga soal tema sentral.
Menyinggung tema sentral, Prof.Dr.dr.H.Atja Razak Thaha,M.Si mengaku, masih menunggu masukan berbagai pihak. “Soal tema, sebenarnya kami masih menunggu masukan-masukan dari basudara lainnya. Tetapi, dalam waktu dekat, kami akan menyepakati tema, tentunya tidak terlepas dari budaya orang Maluku,” ujarnya.
Atja Razak Thaha yang juga Guru Besar Unhas dan ahli gizi Indonesia, sekaligus seniman ini menambahkan, penyatuan masyarakat Maluku lewat seni, khususnya dalam suasana pendemi Covid-19 tidak berarti pertemuan fisik, melainkan nantinya dikemas dalam bentuk virtual. Rencananya Agustus atau Oktober tahun ini. “Yang jelas, lewat event itu nantinya, lebih mengeratkan persaudaraan antarsesama orang Maluku,” tambahnya.
Untuk maksud itu, lewat pertemuan virtual, Sabtu kemarin telah dibentuk Tim 9 masing-masing Prof.Atja, Hans Paljama, Drs.H.Asri Hidayat Mahulauw, Max Tahapary, Edgar Parinussa,SH,MH, Farid Hidayat Sopamena,SH.MH, Hendrik Moryaan, dr.Syahrul El Ghufron, serta Din Pattisahusiwa. Tentunya, Tim ini akan menggodok berbagai masukan baik internal, maupun ekternal.
Semoga, Tim Sembilan ini menjadi sejenis irisan (shared culture), yang dapat mempertemukan dan mempersatukan berbagai masukan demi suksesnya event besar ini nantinya. Sabtu, 13 Juni pekan depan, tim akan menggelar pertemuan. (din pattisahusiwa)