Provinsi Maluku sebagian besar wilayahnya meliputi perairan/laut dengan jumlah pulau besar dan kecil mencapai 1.340 pulau, yang sesungguhnya merupakan modal dasar pembangunan yang begitu potensial. Hal inipun ditunjang dengan aset potensial sumber daya kelautan dan perikanan, dimana berdasarkan keputusan menteri kelautan perikanan Nomor Kep. 45/MEN/2011, menyebut sumber daya ikan Maluku mencapai 1.729.100/tahun.
Penetapan ini beralasan dikarenakan perairan Maluku dilewati Arlindo. Senyatanya Arlindo adalah transport massa air samudera pasifik menuju samudera Hindia yang memainkan peran penting dalam siklus iklim global. Selain itu perairan Maluku terkhsus Laut Banda secara gradual terjadi Up welling yang berkontribusi pada peningkatan produktifitas perairan, uniknya lapisan dimana terjadi Up Welling ini mencapai 1000 meter kedalaman laut. Dua kondisi di atas tentunya berkorelasi positif dengan kekayaan potensi Sumber daya Ikan di perairan Maluku. Sebabnya harapan menjadikan Indonesia sebagai “Poros Maritim Dunia” dapat dimulai dari Maluku.
Maluku Tengah adalah kabupaten tertua diantara 11 kabupaten/Kota yang dimiliki Provinsi Maluku. Meskipun begitu masih terkategori sebagai salah satu diantara kabupaten/Kota tertinggal di Indonesia. Maluku Tengah memiliki 42 pulau dengan panjang pantai 1.375.529 km dan luas perairan wilayah kelola 7.436, 29 km. Disepanjang garis pantai tersebut terbentang sumber daya potensial yang terdiri dari mangrove, padang lamun, alga, dan terumbu karang serta sumber daya ikan, moluska, ekinodermata dan krustae. Berdasarkan riset LIPI menyebut, untuk potensi sumber daya perikanan saja mencapai 835.400 ton/tahun. Seharusnya potensi ini dapat dimaksimalisasi pengelolaan dan pendayagunaannya untuk menyangga perekonomian Daerah berbasis pemberdayaan masyarakat dengan fokus perikanan tangkap, budidaya perairan dan pengeolan hasil perikanan skala kecil, pengembangan sentra usaha dan klaster perikanan.
Namun harus diakui upaya untuk memaksimalisasi peran sumber daya perikanan dalam memacu pertumbuhan ekonomi kabupaten Maluku Tengah serta meningkatkan kesejahteraan masyarakat, masih diperhadapkan dengan sejumlah tantangan seperti kemiskinan, lemahnya kapasitas kelembagaan, permodalan dan SDM. 80% masyarakat Maluku Tengah tinggal di daerah pesisir, dimana terdapat 15.603 Rumah Tangga Pertanian (RTP) berdasarkan Survei RTP tahun 2013, dengan tingkat pendapatan perkapita 7.686.340 masih jauh di bawah tinngkat pendapatan perkapita tahun 2013 Rp 36.500.000
Menurut pengamatan dan pandangan kami sebagai anak daerah, upaya yang dilakukan oleh pemerintah pusat dan daerah baik lewat pendekatan struktural maupun non-struktural, sebenarnya telah menunjukan dampak yang cukup baik, meskipun belum sepenuhnya terjawab. Hal penting yang mesti dicermati adalah kenyataan bahwa, pola pemberdayaan masyarakat yang diterapkan sejauh ini, terkesan hanya menimbulkan sikap ketergantungan dibandingkan pengembangan sikap kemandirian.
Saat yang sama masyarakat pesisir harus diperhadapkan dengan ancaman kemiskinan yang makin menjadi akibat dampak perubahan variabel-variabel klimatologi, terutama perubuahan cuaca/iklim esktrim, kenaikan muka air laut, perubahan suhu permukaan air laut, perubahan pola cuaca dan iklim yang menyebabkan terjadinya degradasi ekosistem, pencemaran, erosi, berkurangnya ketersediaan air bersih, dan keragaman hayati.
Sejauh ini pemerintah telah melakukan berbagai macam upaya dalam menghadapi perubahan iklim global. Satu diantaranya dengan memberdayarkan masyarakat dalam proses mitigasi dan adaptasi. Hanya saja proses tersebut belum menunjukan hasil yang baik. Menurut pengamatan kami, sejauh ini pemerintah hanya berfokus dalam proses adaptasi sedangkan mitigasi atau upaya reduksi terhadap sumber polutan carbon pada Industri bersakala besar dan sedang di Indonesia berjalan lambat. Sehingga pertumbuhan emisi karbon tetap menjamin lajunya peningkatan perubahan iklim melebihi daya laksana adaptasi perubahan iklim.
Saat ini di Kabupaten Maluku Tengah, masyarakat terjepit dalam dua persoalan antara perubahan iklim beserta dampaknya dan ancaman kemiskinan karena lambatnya pembangunan ekonomi dalam mendongkrak pendapatan rakyat. Karenanya harus dikembangkan sebuah konsep pemberdayaan masyarakat yang berbasis pada keterpaduan pembangunan ekonomi yang seimbang antara pemanfaatan sumber daya potensial daerah yakni kelautan dan perikanan dengan upaya pengelolaan lingkungan secara optimal dan berkelanjutan.
Pengalaman menunjukan, produktifitas suatu negara sangat bergantung pada sumber daya manusia dalam mengelola sumber daya alam secara mandiri. Karenanya, disamping upaya yang dilakukan pemerintah, dibutuhkan juga program rekayasa sosial, implementasi tekhnologi dan jaminan modal dalam kerangka pemberdayaan masyarakat yang berorientasi pada pengentasan kemiskinan berbasis pengembangan ekonomi yang memperhatikan keberlanjutan lingkungan hidup, terkhsus isu perubahan iklim. Program ini dilaksanakan melalui transfer tekhnologi untuk usaha kecil menengah serta penguatan institusi intermediasi dan dipelopori oleh pemuda.
Dalam konteks ini, menurut kami, menjadi seorang eco-sosialteknopreneur merupakan sebuah peran yang stratgeis dalam menggerakan ekonomi kerakyatan untuk meningkatkan pendapatan, menggerakan konsumsi domestik, sekaligus meningkatkan produksi dan eskpor sumber daya kelautan dan perikanan di Kabupaten Maluku Tengah. Sebab eco-sosioteknopreneur adalah kegiatan kompeherensif dalam mengidentifikasi, menyediakan dana, menyiapkan teknologi, mendukung ide dan menumbuhkan semangat masyarakat dalam berwirausaha untuk memanfaatkan sumber daya alam di Kabupaten Maluku Tengah, dengan praktik kewirausahaan yang tidak merusak lingkungan dalam membantu upaya mitigasi pemerintah.
kegiatan sosiotekonopreneur yang dimaksud bukan sekedara ajang bagi-bagi modal usaha, namun merupakan sistem usaha yang berdaya saing, berkerakyatan, berkelanjutan dan terdesentralisasi. Dengan demikian hakikat menjadi seorang eco-sosioteknopreneur adalah kegiatan pemberdayaan dan pelibatan masyarakat sebagai pemain utama dalam pembangunan ekonomi karenan berciri kerakyatan. Selain itu Usaha yang dijalankan tidak sekedar berfokus pada pemanfaatan kelimpahan sumber daya alam, namun juga berorientasi pada permintaan pasar dalam jangka panjang, pengembangan inovasi teknologi yang ramah lingkungan serta mampu menjalin kerja sama baik dengan pemerintah daerah dan institusi non-pemerintahan to seize the ky konsep needed to develop an approach to disgn and manage partnership and build collaborative capacity to achieve sustainable development based on the green economy.
kegiatan ini membutuhkan proses pembelajara dan usaha keras yang panjang, karena seorang eco-sosialtekhnopreneur tidak hanya sekedar berbisnis, bertransfer tekhnologi dan terlibat dalam kerja sama antar lembaga untuk mendesain pertumbuhan ekonomi berkelanjutan, tapi juga melakukan perubahan pada struktur sosial, budaya, pendidikan, politik dan kegamaan publik. Karenanya seorang eco-sosialteknopreneur, haruslah memiliki variasi akumulasi pemahaman yang kuat untuk menuai hasil perubahan dalam menjamin kelayakan masa depan masyarakat. (Faisal S Salatalohy)
.
ECO-SOSIALTEKNOPRENEUR FOR THE REVIVAL OF CENTRAL MOLLUCAS
Mollucas is On Of the province in indonesia that most of its territory consist of watter/ocean. There are 1.340 of large and small islands. surely, this is the basic capital economic potential. This also supported by the potential asset marine resources and fisheries. Based on the decision of Marine and fiheries Minister No. Kep 45 / MEN / 2011, called, the fish resources of Maluccas reached 1.7291 million / year.
This determination is reasonable because Mollucas waters passed by Arlindo. Arlindo is transport activities of ocean pacific water mass towards the Indian Ocean. It is play a critical role in global climate cycle. In addition, especially Banda Sea is gradually going up welling that contributed to improved water productivity. Uniquely, layer where occurs Up Welling, reaches 1000 meters to the depth of the sea. Two conditions above is certainly have a positive correlation with the potential wealth of fish resources in the Mollucas Waters. Therefore, hopes to make Indonesia as the “Axis of World Maritime” can be started from Moluccas.
Central Mollucas (Kabupaten Maluku Tengah) is the oldest regency among the 11 regency/cities owned Moluccas that still categorized as regencies/cities left in Indonesia. Central Maluku has 42 islands by 1,375,529 km long sandy beaches and by 7,436, 29 km of water management area. Stretched along the coastlines of the potential resources that consists of mangrove, seagrass, algae and coral reefs as well as the resources of fish, molluscs, echinoderms and krustae. Based on LIPI research calls, to the potential of fishery resources have reached 835 400 tonnes / year. Supposedly, This potential can be maximized to support the Regional economy based on community empowerment with a focus on capture fisheries, aquaculture and processing of small-scale fisheries, the development of business centers as well as clusters of fisheries.
But it must be admitted that efforts to maximize the role of fisheries resources in spurring economic growth in Central Mollucas are still confronted with a number of challenges such as poverty, weak institutional capacity and Corraption as well as capital and human resources. Based on survey in 2013 said, 80% Central Maluku’s people living in coastal areas, where there are 15.603 Household Agriculture (RTP), with level of income/capita Rp 7.686.340 that still far bellow 2013 Rp 36.5
In my notes as a children’s area Of Central Mollucas, the efforts made by the central and local governments through structural or non-structural approaches, actually showing the pretty good impact, although not yet fully answered. The important thing that must be observed is the fact that the pattern of community development applied all along, impressed only cause dependency attitude rather than development of self-reliant attitude.
At the same time, coastal communities be confronted with the threat of poverty are increasingly as a result of changes in variables climatology, especially changes in extreme weather / climate, rising sea levels, changes in sea surface temperatures, changes in weather patterns and climate which led to the degradation of ecosystems, pollution, erosion, reduced availability of clean water, and biodiversity.
Mollucas Central Goverment has taken various efforts in the face of global climate change. One of them, to empower society in the process of mitigation and adaptation. It’s just that, the process has not shown a good results. According to our observations, the government only focuses on the process of adaptation. while the effort of mitigation to reduce carbon pollution in large and medium industry has been slow. So that, the growth of carbon emissions still maintain the pace of climate change exceeds the adaptation abilites
Currently in Central Mollucas, community wedged in two issues. They are climate change and its impact as well as the threat of poverty because of the slow economic development in boosting peoples’ income. Therefore, it must be developed a concept of community empowerment based on the integration of economic development that is balanced between exploting the potential natural resources (marine and fisheries) with the environmental management effort to achieve sustainable development
Experience has been showing, the productivity of a country highly dependent on human resources in managing natural resources independently. Therefore, in addition to government efforts, it needed social engineering programs, the implementation of technology and capital guarantees within the framework of community development-oriented poverty alleviation based on economic development that takes into account environmental sustainability, especially, climate change issues. The program is implemented through the transfer of technology to small and medium enterprises as well as the strengthening of the intermediary institutions and spearheaded by youth.
In my opinion, being an eco-sosialteknopreneur is a stratgeis role in moving people economy in order to increase revenues in moving domestic consumption. While increasing the production and export of marine resources and fisheries in Central Moluccas. Because the activities of eco-sosioteknopreneur is kompeherensif activities in identifying, providing funds, preparing technology, supporting ideas and foster community spirit of entrepreneurship by utilizing natural resources in Central Moluccas with entrepreneurial practices that do not harm to the environment.
The Eco-Sosiotekonopreneur activity is not just a showcase for capital venture, but it is a system of competitve businesses, populist, sustaninable and decentralized. Thus the essence of being an eco-sosioteknopreneur is empowerment and community involvement as a major player in economic development because caracterizd by populist. In the other hand, the business that run not only focused on exploiting the abundance of natural resources, but also on market demand in the long term, developing conpetp of economic development and technological innovations that are environmentally friendly as well as to establish good cooperation with local governments and institutions of non-government to seize the ky concept needed to develop an approach to disgn and manage partnerships and build collaborative capacity to Achieve sustainable development based on the green economy.
This activity requires learning process and endeavor in the long term. Being an eco-sosialtekhnopreneur not just a business, transfer of technology and engage in cooperation between agencies to design a sustainable economic growth, but also to make changes in the social structure, cultural, educational, political and public religious. Therefore, being an eco-sosialteknopreneur must has a strong understanding of the accumulated variation to reap the results of a change in ensuring the future viability of society.