Tanggal 8 Mei mendatang pasangan walikota Makassar, Mohammad Ramdhan Pomanto-Syamsu Rizal MI memasuki tiga tahun. Berbagai kegiatan mewarnai tiga tahun tersebut. Ikatan Alumni (IKA) Administrasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Hasanuddin (Fisip Unhas) misalnya mengelar Dialog Publik di Quality Plaza Hotel Jl Sulawesi Makassar, Minggu, 16 April 2017.
Dialog publik lainnya bertema Menakar 3 Tahun Kinerja Walikota Makassar. Menghadirkan Wali Kota Makassar Moh Ramdhan Pomanto sebagai pembicara bersama dengan Guru Besar Dep Administasi Fisip Unhas Prof Doktor Sangkala dan Prof Doktor Deddy T Tikson.
Guru Besar Ilmu Administrasi Fisip (Fakultas Imu Sosial Ilmu Politik) Universitas Hasanuddin (Unhas), Prof Deddy T Tikson, dan Prof Sangkala menakar 3 tahun pemerintahan Wali Kota Makassar Mohammad Ramdhan ‘Danny’ Pomanto saat berbicara pada Dialog Publik yang berlangsung di Hotel Quality, Minggu, 16 April 2017.
Menurut Prof Sangkala, memimpin perusahaan berbeda dengan memimpin pemerintahan. Di perusahaan, lebih mudah mengimplementasikan ide, dan gagasan untuk meraih keuntungan. Sementara di pemerintahan, setiap kebijakan dan program harus melewati proses politik sebelum dijalankan.
Ia menilai Wali Kota Danny yang berlatar praktisi (profesional) di bidang arsitektur mampu mentransformasi potensi menjadi realitas dalam pemerintahannya.
“Memimpin birokrasi tidak mudah. Keberhasilannya diukur dari kepuasan masyarakat,” kata Prof Sangkala.
Selama 3 tahun memimpin Makassar, Danny tampil sebagai pemimpin visioner yang mampu mengaktualisasikan visi pemerintahannya ke keadaan yang lebih baik. Menerapkan visi ke dalam konteks (program) yang berbeda – beda.
Gaya manajemennya mampu membangun jejaring dengan entitas lain di luar pemerintahannya. Bukan hanya di dalam, juga di pergaulan internasional. “Pak Danny sukses membangun kordinasi, komunikasi, dan smart government,” nilai Prof Sangkala.
Keunggulan lainnya yang dicapai Makassar selama 3 tahun pemerintahan Danny, sambung Prof Deddy T Tikson, keberhasilannya menggabungkan 4 karakteristik kota ; smart city, sustainable city, resilent city, dan fiblent city.
Konsep Smart Pete – Pete adalah solusi sistem transportasi publik di Makassar. Fiblent city ditandai mudahnya mobilitas masyarakat dalam kota, punya publik transportasi yang baik, dan jalan raya yang baik.
Meski APBD Makassar jauh lebih minim dibanding kota besar lainnya di Indonesia semisal Surabaya yang nominalnya mencapai Rp 9 Triliun sementara Makassar Rp 3.9 Triliun, di tangan Wali Kota Danny, Makassar mampu tumbuh dan berkembang melebihi kota besar lainnya di Indonesia.
Salah satu keunggulannya, Makassar memanfaatkan teknologi air terbarukan dari Singapura yang akan dimanfaatkan di pulau – pulau. Makassar adalah kota pertama dan satu – satunya di dunia (selain Singapura) yang memanfaatkan teknologi ini. (din)