Drs H Hasanuddin DM, M

Selayar, Inspirasimakassar.com:

Mengusung calon Bupati dan Wakil Bupati Kepulauan Selayar untuk periode 2021 – 2024 yang menurut rencana akan digelar pada September 2020, itu tidak harus dengan  mengandalkan kekuatan uang.

Namun sebagai masyarakat Selayar yang ada di tanah rantau akan mengajak rakyat Selayar melakukan gerakan moral untuk tidak menerima finansial dari calon kepala daerah. Sebab ini justru akan merusak sendi-sendi dan tatanan dalam kehidupan bermasyarakat sebagai rakyat Selayar yang masih memelihara kearifan-kearifan lokal dan budaya ke-Selayar-an, demikian Drs H Hasanuddin DM, M. Si utarakan kepada media ini via telfon genggamnya dari Kendari, Sulawesi Tenggara Sabtu 27 April.

Ketua Dewan Penasehat Dewan Pimpinan Wilayah (DPW) Persatuan Masyarakat Selayar (Permas) Sulawesi Tenggara ini mengemukakan, tugas seorang kepala daerah sesuai UU Otonomi Daerah adalah menggali potensi sumber daya alam secara optimal untuk meningkatkan penerimaan Pendapatan Asli Daerah (PAD) dalam mencapai dan mewujudkan kesejahteraan serta kemaslahatan bagi rakyat yang dipimpinnya.

Disamping memiliki tugas dan tanggungjawab moril dibidang pemerintahan, pembangunan dan pembinaan sosial kemasyarakatan.
Namun pada kenyataannya diera reformasi saat ini tidak banyak bupati dan walikota yang mampu mengangkat derajat dan kesejahteraan masyarakatnya melalui potensi yang dimilikinya.

“Tentu ini dikarenakan sebagai akibat dari tradisi pemerintahan yang seolah-olah menganut sistem monopoli atau kerajaan. Sehingga akan meninggalkan sebuah image bahwa masyarakat itu sudah duduk pada jari telunjuk sang penguasa. Dan ini banyak dialami disejumlah daerah di Indonesia. Karena itu, kita berharap kejadian-kejadian buruk seperti ini tidak terjadi di Selayar, tanah tumpah darah kita yang sangat dicintai” imbuhnya.

Sebagai tolok ukur kencang dan kendornya sebuah daerah dalam mencapai sebuah kemajuan, itu dapat dilihat dari segi peningkatan penerimaan PAD pada setiap tahunnya. “Kalau daerah hanya bergantung pada dana yang bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) tanpa menggali secara optimal sumber pendapatan didaerah maka siapapun bupati itu pasti bisa,” ungkap Sekretaris Umum DPW Kerukunan Keluarga Sulawesi Selatan (KKSS) Provinsi Sulawesi Tenggara ini.

Selaku tokoh masyarakat Selayar dirantau, H Hasanuddin mengimbau agar kita menengok kebelakang sejenak. “Jika masyarakat Selayar tidak mau sadar untuk tidak memilih calon pemimpin yang mengandalkan kekuatan uang maka siapapun jadi Bupati di Bumi Tanadoang masyarakat akan tetap melarat dan menderita sepanjang hidupnya,” jelasnya.

Karena itu sebagai masyarakat penerima uang tidak perlu banyak mengeluh apalagi menuntut kestabilan harga sebuah komoditi misalnya.
Sebab rakyat sudah menerima uang ratusan ribu rupiah sebelum datang menggunakan hak pilihnya di Tempat Pemungutan Suara (TPS). Yang mesti dinanti adalah siap sesat dan melarat hingga 5 tahun kedepan.

“Dan yakin bahwa ini akan berdampak terhadap orang-orang Selayar yang hidup di tanah rantau untuk enggan kembali ke Selayar. Karena itu, gerakan moral memilih tanpa uang mesti dilakukan. Dan saya kira sebagai masyarakat Selayar yang masih memelihara kearifan lokal dan budaya, semua akan sepakat,” kunci H Hasanuddin.

Hal senada juga dilontarkan Ketua Dewan Pembina Permas Kota Tarakan Kalimatan Utara, H Abd Muis Daeng Pabosara via ponselnya, Sabtu 28 April pagi tadi. Sebagai mantan Sekreataris Badan Kepegawaian Daerah (BKD) Kota Tarakan beliau menambahkan, siapapun yang ditakdirkan oleh Allah SWT di Selayar untuk menjadi bupati maka wajib baginya untuk menggunakan mata hati. Karena didalam hati itu ada tersimpan nurani.

Sedangkan didalam nurani itu ada rasa. Dan rasa itulah yang bersemanyam dalam kalbu Ilahi. Sehingga bupati seperti ini akan merasa jika dirinya itu mendapat kepercayaan dari rakyatnya dan mendapat anugerah berupa amanah dari Allah SWT untuk memimpin manusia di Bumi Selayar. Bupati seperti ini akan berhati-hati dan menjaga diri disetiap prilaku, sikap dan perbuatannya.

“Bupati seperti ini akan berhati-hati dan menjaga diri disetiap prilaku, sikap dan perbuatannya dalam mengemban amanah rakyat.
        Selayar akan jaya pada masanya. Hanya persoalan waktu saja. Sebab Allah pasti akan menurunkan pemimpin terbaik untuk Selayar.” ujar putra kelahiran Lambongan Tanaberu pada 5 Maret 1950 ini. (M. Daeng Siudjung Nyulle)

BAGIKAN
Berita sebelumyaDanny : Keberhasilan Bersama
Berita berikutnyaMakassar Juara STQH, Walikota Bersyukur
Wartawan kriminal dan politik harian Pedoman Rakyat Ujungpandang dan sejumlah harian di Kota Daeng Makassar, seperti Ujungpandang Ekspres (grup Fajar) dan Tempo. Saat ini menjadi pemimpin umum, pemimpin perusahaan, dan penanggungjawab majalah Inspirasi dan Website Inspirasimakassar.com. Sarjana pertanian yang juga Ketua Umum Senat Mahasiswa Sekolah Tinggi Ilmu Pertanian (STIP) Al-Gazali--kini Universitas Islam Makassar ini menyelesaikan pendidikan SD di tanah kelahirannya Siri Sori Islam Saparua, SMP Negeri 2 Ambon, dan SPP-SPMA Negeri Ambon. Aktif di sejumlah organisasi baik intra maupun ekstra kampus. Di organisasi kedaerahan, bungsu dari tujuh bersaudara pasangan H Yahya Pattisahusiwa dan Hj.Saadia Tuhepaly ini beristrikan Ama Kaplale,SPT,MM dan memiliki dua orang anak masing-masing Syasa Diarani Yahma Pattisahusiwa dan Muh Fauzan Fahriyah Pattisahusiwa. Pernah diamanahkan sebagai Ketua Ikatan Pemuda Pelajar Siri Sori Islam (IPPSSI) Makassar. Kini, Humas Kerukunan Warga Islam Maluku (KWIM) Pusat Makassar dan Wakil Sekjen Kerukunan Keluarga Maluku (KKM) Makassar.

TINGGALKAN PESAN

Please enter your comment!
Please enter your name here