
Makassar, Inspirasimakassar.
Kekuatan zakat, sangat luar biasa. Karena, zakat menyangkut persoalan agama yang tidak boleh ditawar tawar. Di Kota Makassar misalnya, jumlah zakat setiap tahun berkisar lebih Rp2 triliun.
Karena itu, Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) Kota Makassar menggelar workshop Dai Zakat. Workshop berlangsung dua hari di Hotel MaxOne itu, dibuka Kepala Kementerian Agama Kota Makassar, Dr.HM.Arsyad Ambo Tuo, Senin, 29 November 2021. Di hari pertama tiga pembicara tampil membawakan materi yakni, H.Ashar Tamanggong, KH.Alwi Nawawi, dan Jurlan Em Saho’as.
Arsyad Ambo Tuo mengemukakan, workshop Dai Zakat penting. Penting karena, menjadi bagian dari tranformasi pengetahuan, sekaligus bagian dari kompotensi yang harus dimiliki para Dai. Utamanya, semakin banyak memberikan dakwah kepada ummat, sehingga semakin banyak pula mendapat bekal dengan dakwah itu sendiri.
“Worskhop ini menjadi bagian dari proses akademik, sekaligus proses transpormasi pengetahuan dengan melibatkan narasumber profesional,” ujarnya.
Menurutnya, sebagai Dai Zakat, tentunya memiliki konsep, ketika menuju kepada satu sasaran. Yakni, dakwah. Tetapi, dalam proses perjalanannya, terutama ketika berada pada area dari sasaran dakwah itu sendiri, maka tugas Dai adalah, menyampaikan hal hal positif, seperti tersirat dalam pandangan Islam.
Transpormasi pengalaman inilah yang bisa disebut dengan “aluhu kaunia”. Karena itu, peserta secara spesifik ingin mendapat penguatan informasi, dan pengetahuan tentang apa itu zakat. Meski demikian, H.M.Arsyad Ambo Tuo mengaku, tentunya ada syarat tentang zakat.
Karena itu, mengapa jajaran BAZNAS Makassar kepingin membumikan zakat di Kota Makassar? Arsyad Ambo Tuo pun menjawabnya sendiri dengan mengatakan, dari angka penduduk muslim di Makasar, secara prosentasi lebih 80 persen, dari lebih sejuta warga kota di ibukota Sulawesi Selatann ini. “Ini potensi, tetapi apakah potensi itu bisa terproses, atau terakomudasi dengan baik,” ujarnya.
Di bagian lain Arsyad Ambo Tua mengingatkan, setidak para Dai berada di tengah tengah komunitas masyarakat untuk memberikan penjelasan, tentu dengan bahasa yang menyejukan.
“Bahwa zakat, merupakan salah satu kewajiban itu berlaku pada orang bersyarat. Semoga dengan pendekatan pendekatan itu, yang punya kapasitas dengan sendiri akan sadar bahwa, harta yang akan diberikan hanyalah titipan,” ujarnya.
Sementara itu, Ketua BAZNAS Kota Makassar, H.Ashar Tamanggong mengemukakan, di masa mendatang, lembaga terkait, harus terus mendorong implementasi kerangka regulasi, hingga ke tingkat supervisi operasional, dan regulasi, sehingga peranan sub-sektor zakat dan wakaf tidak hanya sebagai pelengkap, tapi menjadi salah satu pilar ekonomi.
Menurutnya, sekalipun baru dilantik hingga hari ini (Senin, 29 November 2021) memasuki hari ke 211 hari. Namun disaat bersamaan, BAZNAS telah melakukan lebih 200 kegiatan.
“Karena itu, BAZNAS Kota Makassar saat ini memiliki tagline “BAZNAS Makassar sudah ada”’ ini menjadi penyemangat dan lebih gencar lagi. BAZNAS tidak boleh bekerja sendiri dan tidak boleh menganggap jago mengurus zakat. Pasukannya adalah kita semua, termasuk para Dai” tuturnya.
Menurutnya, tagline “BAZNAS Makassar sudah ada” tidak berarti sebelumnya BAZNAS tidak ada, melainkan menjadi penyemangat. Makanya, tidak ada henti hentinya, lembaga yang berkantor di Jalan Teduh Bersinar, Kecamatan Rappocini ini terus melangkahkan kaki menemui kaum dhuafa di kota yang dipimpin Mohammad Ramdhan Pomanto dan Fatma Rusdi ini.
Sekalipun demikian, H.Ashar mengaku, BAZNAS tidak bisa sendirian mengurusi zakat. BAZNAS tidak boleh bekerja sendiri. BAZNAS hanyalah ujung tombak, sedangkan pasukannya di antaranya para Dai.
Ketua panitia H.Arifuddin dalam laporannya mengemukan, jumlah peserta workshop Dai Zakat sebanyak 50 orang. (din pattisahusiwa)