
Makassar, Inspirasimakassar.com:
Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) Kota Makassar, bekerjasama Yayasan Pendidikan Pondok Pesantren Darud Da’wah Wal Irsyad (Ponpes DDI) Galesong Baru (Galbar), menggelar sunatan gratis bagi 50 anak. Sunatan bertajuk “415 Santri Sehat” itu dalam rangka menyambut HUT ke-415 Kota Makassar, sekaligus hari santri nasional, di Ponpes DDI Galbar, Jalan Yos Sudarso, Lorong 154 A No.17, Sabtu, 22 Oktober 2022.
Wakil Ketua I Bidang Pengumpulan BAZNAS Kota Makassar, Ahmad Taslim Mattammeng,S.Ag,M.Si mengaku, sunatan massal gratis merupakian salah satu program, dari sederet program unggulan lembaga amil zakat terpercaya dan amanah yang beralamat di Jalan Teduh Bersinar Nomor 5, Kecamatan Rapoccini, Kota Makassar tersebut.
Ahmad Taslim Matammeng menyebutkan, khusus tahun 2022 ini, BAZNAS memprogramkan menyunat 1000 anak secara gratis.

“Hingga bulan Oktober ini, sudah lebih 600 anak yang disunat. Sementara tahun 2021 kemarin, BAZNAS menyunat 500 anak. Tentunya ini merupakan kamajuan luar bisa. Sedangkan tahun 2023 nanti, kami belum memastikan jumlahnya, karena nanti akan dibahas pada Rakor BAZNAS bulan November nanti,” ujarnya.
Gus Taslim—sapaan akrab Ketua Dewan Instruktur Pengurus Wilayah (PW) Gerakan Pemuda Ansor Sulsel, dan Ketua Dewan Penasihat PC GP Ansor Kota Makassar ini menambahkan, sunatan gratis yang dilakukan menggunakan laser—dari Klinik BAZNAS Medika yang profesional, sehingga saat disunat, anak anak tidak merasa sakit.
“Sebenarnya, sekali sunatan menggunakan laser ini biayanya mulai Rp1,5 juta hingga Rp2 juta. Tetapi,semuanya ditanggung oleh BAZNAS. Malah, anak anak yang disunat juga mendapatkan bingkisan, berupa sarung dan biaya transport,” urainya.

Di bagian lain Gus Taslim mengemukakan, selain sunatan massal, berbagai program unggulan BAZNAS Kota Makassar tahun 2022 di antaranya, bantuan konsunti f bulanan berupa sembako dan uang tunai, renovasi rumah, biaya kesehatan, jumat berkah,beasiswa mulai SD, SMP, MIN, MTsN, MAN, hingga S1 dan S2, serta belajar di luar negeri .
Program lainnya adalah, Saudagar Tangguh Baznas yang dikemas
dalam bentuk Bantuan Operasional Dhuafa Produktif. Jenis bantuan ini, setidaknya karena kebanyakan pelaku UMKM, kurang memiliki
kecakapan meningkatkan produktivitas. Malah, masih ada pelaku ekonomi kecil ini
menjatuhkan pilihan kepada rentenir.
“Program ini dapat membangkitkan pelaku ekonomi ummat, sekaligus dapat
mencukupi kebutuhan hidupnya sendiri layaknya Saudagar Tangguh. Hanya saja,
para penerima harus melalui proses asesemen. Jumlahnya, mulai Rp2000.000,
hingga Rp7000.000. Malah ada yang lebih, tanpa pengembalian,” jelas Gus Taslim,
seraya menambahkan, di sisi lain, BAZNAS tidak sekadar memberikan bantuan
operasional tersebut, melainkan mendampingi penerima dalam hal, memanej agar
usaha mereka berkembang.

Menyinggung dana yang digunakan untuk keseluruhan program BAZNAS Makassar, Gus Taslim menjelaskan, berasal dari para Muzakki yantg menyalurkanzakat, infak, d an sedekahnya ke BAZNAS Kota Makassar.
Karena itu, demikian Gus Taslim, dalam menjalankan amanah, BAZNAS tidak boleh main main dalam hal zakat. Baznas mengetahui betul para mustahik seperti diisyartakan dalam 8 golongan atau asnaf. Yakni, fakir, miskin, riqab atau biasa disebut sebagai hamba sahaya, gharim– orang yang memiliki hutang dan kesulitan melunasinya, mualaf, yaitu orang yang baru memeluk agama Islam untuk merasakan solidaritas. Termasuk, fiisabilillah– pejuang agama Islam, ibnu sabil– orang yang kehabisan bekal dalam perjalanan jauh, serta amil– orang yang menyalurkan zakat.
Sekadar diketahui, kehadiran Ponpes DDI bervisi “Menuju santri berprestasi mandiri, berwawasan ke-Islaman dan berakhlakul karimah” dan bermisi “Meningkatkan prestasi akademik lulusan, meningkatkan prestasi ekstra kurikuler, meningkatkan minat baca Al-Qur’an, meningkatkan disiplin santri, dan membentuk santri yang berakhlakul karimah” ini, di tengah tengah terpaan majunya pendidikan modern di Kota Makassar, dan umumnya di Sulawesi Selatan.

Ponpes ini memiliki sejarah panjang, dengan pemuka Nahdlatul Ulama masa lalu. Sebut saja, di awal perkembangannya, Ponpes ini, juga pernah dikunjungi sesepuh NU, KH Hasyim Asy’ari.
Di Ponpes ini tali kekerabatan cukup kental, dan demikian erat. Itu terlahir, lantaran secara historis, bukan saja amat sangat membanggakan, melainkan amat sangat mulai. Amat sangat memiliki peran. Malah, amat sangat bermanfaat bagi lahirnya pemimpin ummat di masa datang. Pemimpin ummat, yang mengedepankan ajaran Ahlusunnah Waljamaah. (din pattisahusiwa)