Masamba, Inspirasimakassar.com:

Kisah pilu keluarga Bayi Korban Banjir Radda Muhammad Gibran Ramadan (4) masih harus menahan rasa sakit usai tertimpa gorong-gorong di lokasi pengungsian Panampung Kec Baebunta 5 September lalu. Bayi Naas ini mengalami luka cukup serius dibagian kepalanya, langsung di rujuk ke RSUD Sawerigading Palopo.

Saat ini Bayi Gibran memang sudah membaik walaupun masih menjalani rawat jalan di pengungsian Panampung Namun begitu orang tua Bayi malang ini harus menanggung utang Dari tagian Rumah sakit jumlahnya mencapai Rp 94 Juta, keluarga GIbran memamg belum terdaftar sebagai peserta Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamskesmas).

Orang tua Bayi Sudah tak memiliki harta, rumah dan harta lainnya di dusun Bone Desa Radda Sudah habis disapu Banjir Bandang 14 Juli lalu, Jadi biaya yang digunakan petawatan di Rumah sakit Berasal darI para donatur, namun dana itu belum cukup membiayai semua biaya pengobatan.

Ramadan dan Istrinya Suci Cahyani Berharap uluran tangan para Donatur agar tagian Rumah sakit Sebanyak Rp 94 Juta bisa dibayarkan.

” Kami Sudah tidak mampu membayar semua itu, dan berharap uluran tangan Para donatur untuk melunasi pengobatan anak kami Gibran,” Harap orang tua Gibran Ramadan.

Ramadan mengatakan Biaya Pengobatan buah hatinya Juga Sudah tidak bisa dibiayai oleh BPJS Sebab batas waktu Sudah lewat. ” Walapun kami mengurus BPJS, Katanya biaya pengobatan sudah tidak ditanggung lagi, karena katanya sudah lewatmi tiga hari, jadi kami tetap bayar sesuai pasin umum,” sedihnya.

GIBRAN SELAMAT TAPI SEMPAT DISERET BANJIR

Bayi malang ini Merupakan salah satu korban Banjir yang selamat dari Hantaman Banjir.Bandang Sungai Radda walaupun Gubran sempat diseret arah selatan hingga nyangkut di bangunan sarang burung walet.

Saat Banjir bandang datang, Bocah malang ini memang Sedang Berada di luar rumah, sedangkan Ibunya langsung menyelamtkan diri ke Masjid bersama warga yang lain, Sedangkan kakaknya bersama, nenek, tante dan Febi menyelematkan diri dengan memanjat atap rumah tetangganya

Bocah malang ini diselamatkan warga setempat Lalu dilarikan ke dusun Panampung, Baru keesokan harinya satu persatu bertemu ibu bapak, kakak, nenek, tante dan sepupunya.

Dipanampung pulalah mereka bernanung bersama pengungsi lainnya keluarga Ramadhan hidup di tenda pengungsian. Kemudian secara mandiri membangun hunian sementara dari sisa-sisa ramuan rumahnya yang sudah porak poranda.(mah)

BAGIKAN
Berita sebelumyaStaf Ahli Kementerian Kesehatan Bahas Covid di Selayar
Berita berikutnyaRektor Unasman Polman – Univ Bosowa, dan Univ Fajar MoU
Wartawan kriminal dan politik harian Pedoman Rakyat Ujungpandang dan sejumlah harian di Kota Daeng Makassar, seperti Ujungpandang Ekspres (grup Fajar) dan Tempo. Saat ini menjadi pemimpin umum, pemimpin perusahaan, dan penanggungjawab majalah Inspirasi dan Website Inspirasimakassar.com. Sarjana pertanian yang juga Ketua Umum Senat Mahasiswa Sekolah Tinggi Ilmu Pertanian (STIP) Al-Gazali--kini Universitas Islam Makassar ini menyelesaikan pendidikan SD di tanah kelahirannya Siri Sori Islam Saparua, SMP Negeri 2 Ambon, dan SPP-SPMA Negeri Ambon. Aktif di sejumlah organisasi baik intra maupun ekstra kampus. Di organisasi kedaerahan, bungsu dari tujuh bersaudara pasangan H Yahya Pattisahusiwa dan Hj.Saadia Tuhepaly ini beristrikan Ama Kaplale,SPT,MM dan memiliki dua orang anak masing-masing Syasa Diarani Yahma Pattisahusiwa dan Muh Fauzan Fahriyah Pattisahusiwa. Pernah diamanahkan sebagai Ketua Ikatan Pemuda Pelajar Siri Sori Islam (IPPSSI) Makassar. Kini, Humas Kerukunan Warga Islam Maluku (KWIM) Pusat Makassar dan Wakil Sekjen Kerukunan Keluarga Maluku (KKM) Makassar.

TINGGALKAN PESAN

Please enter your comment!
Please enter your name here