Makanan khas yang satu ini, memiliki cita rasa yang sulit tertandingi. Terbuat dari tepung terigu, gula merah, mentega, dan bubuk kayu manis. Kemudian, dicampur dengan sedikit kapulaga. Teksturnya kenyal. Rasanya manis, legit dengan sedikit aroma rempah. Dan, wangi. Disantap dengan lelehan mentega dan gula putih halus dicampur kayu manis di sela-selanya. Jangan lupakan secangkir teh, atau kopi hangat untuk teman bersantap. Sungguh nikmat. Anda mau mencobanya?
Ambon memiliki beragam makanan khas tradisional. Selain Papeda yang sudah dikenal, ada satu lagi makanan yang banyak dicari orang. Asida. Kue basah ini sudah tak asing bagi warga keturunan Arab dan muslim di Kota Manise itu, Asida telah menjadi camilan favorit selama bulan Ramadhan.
Kini, kue basah ini pun tak hanya populer di Ambon. Jika warga Makassar, atau daerah lainnya yang menetap di Kota Makassar ini, kepingin menikmati kegurihan Asida, tidak perlu ke tanah para raja tersebut. Di sini. Di Kota Metropolitan ini, sudah ada yang menjajakannya. Tepatnya, di Dapur Bunda Mariam” Jalan Jati, No 30, Panakukkang Mass. Tak jauh dari SD Inpres Toddupoli.
Pemilik Dapur Bunda Mariam, Maryam Rasyid ditemui Majalah Inspirasi, Minggu, 18 Juni 2017 mengemukakan, sekalipun bisnis rumahan yang dirintisnya, baru dua tahun silam, namun gemanya telah membumi di kota yang kini dipimpin Mohammad Ramdhan Pomanto dan Syamsu Rizal MI ini. Pasalnya, selain dipasarkan lewat of line, juga online. Misalnya, di FB, twiter, WA, Line, dan lainnya. Khusus di bulan Ramadhan ini, istri dari Syafruddin (pensiunan Dinas Perhubungan Sulsel) mengakui hanya menyiapkan 100 buah Asida saja. Usai shalat ashar, semuanya habis terjual.
“Setiap kali saya membuat asida dan kue lainnya, langsung di share ke online. Luar biasa tanggapan masyarakat. Mereka suka, dan kepingin merasakannya. Khusus Asida, kebanyakan orang Bugis-Makassar dan kota lainnya yang bermukim di Makassar ini kepingin merasakannya. Biasanya, mereka ke sini sekadar melihat bentuknya, sekaligus rasanya Tetapi, keburu habis,” ujarnya, seraya menambahkan, satu buah asida dihargai Rp4000.
Menyinggung kiat sukses membangun kuliner, anak ketiga dari enam bersaudara, pasangan H.Rasyid Ali dan Hj.St.Rabiah yang lahir di Ambon, 5 Mei 1971 ini, selain mengedepankan kepercayaan dalam pembuatan jenis menu, juga, pelayanan kepada pelanggan. Dan, tidak terlupakan adalah, berani menjual rasa.
“Artinya, jika jenis menu baru, kami memberi contoh untuk dirasakan pelanggan, tanpa bayaran. Sebab, jika enak, tentunya orang tersebut kembali untuk membeli,” tutur alumni SMPN 2 dan SD Alhilal Ambon ini.
Menurut ibu empat orang anak dan dua cucu ini, bisnis kuliner ini diawali dengan iseng-iseng. Tetapi, lama kelamaan, mulai dikenal. Dan, atas permintaan masyarakat, termasuk sejumlah pejabat penting baik di provinsi, maupun di Kota Makassar pun tertarik. Setelah, banyak yang melihat di postingan, langsung meminta untuk dibuat.
Maryam kemudian bertekad menjadikannya sebagai lahan bisnis. Buktinya, banyak pelanggan yang datang ke rumahnya untuk membeli, sekaligus pesanan melalui online. Selain Asida, Dapur Bunda Maryam juga menyediakan berbagai menu, khas Ambon.Misalnya nasi kuning yang benar-benar mengundang selera makan.
Kesuksesasan Bunda Maryam mengelola bisnis kuliner, tidak terlepas dari salah seorang keluarganya yang pandai memasak di bilangan Jalan Yos Sudarso. Tak jauh dari masjid Raya Al-Fatah Ambon. “Saya biasanya memanggilnya dengan sebutan Mama Ni. Apa yang saya raih saat ini, tidak terlepas dari jasa mama Ni itu. Waktu itu, saya mulai tumbuh dewasa dan melihat mama Ni memasak, saya tertarik. Dan, apa yang saya lihat dulu, kini saya uji coba. Ternyata, banyak orang tertarik. Dari situ pula, saya mendirikan Darung Bunda Maryam ini,” ujarnya.
Bagaimana Dapur Bunda Maryam ke depan? Maryam mengakui, dirinya telah menyiapkan, Andi Novia Pratiwi– anak bungsunya yang baru tamat SMA, untuk melanjutkan bisnisnya. “Saat ini, saya memberi ruang kepada Andi Novia Pratiwi. Dia yang mengatur keuangan. Di setiap meracik adonan, dia selalu mendampingi saya. Saya mau dia sekolah di SMK jurusan Tata Boga,” harapnya. (din pattisahusiwa)