Andi Sugiarti

Menyebut nama srikandi politik Partai Persatuan Pembangunan (PPP) Provinsi Sulsel ini, Andi Sugiarti Mangun Karim, S.Sos, M.Si seakan satu tarikan napas dengan Kabupaten Bantaeng. Bagaimana tidak, hampir 27 tahun dia menjadi wakil dari seluruh lapisan masyarakat Bantaeng selaku anggota DPRD Bantaeng serta anggota DPRD Provinsi Sulsel dari daerah pemilihan selatan Sulsel ini.
Karier politik Andi Ugi panggilan akrabnya, dimulai dari Bantaeng yang menjadi tanah leluhurnya. Semasih jadi mahasiwa pada departemen ilmu politik FISIP Unhas, dia sudah duduk sebagai anggota DPRD Bantaeng dari Fraksi Golkar periode 1992-1997. Di legislatif kabupaten ini selama 17 tahun yakni periode 1997-1999, periode 1999-2004, serta 2004-2009.
Memasuki Pemilu 2009, karier politiknya selaku legislator naik kelas dari tingkat kabupaten ke provinsi. Tetapi pada perjalanan karier politiknya kali ini, dia ganti kendaraan politik kalau selama ini lewat Partai Golkar, maka ketika duduk selaku anggota DPRD Provinsi Sulsel periode 2009-2014, dia menggunakan Partai Republikan.

Kenyataan politik kembali harus dijalani pada Pemilu 2014, Partai Republikan yang mengantarnya ke parlemen pada tingkat provinsi, tidak lolos seleksi dari KPU, sehingga putri almarhum Mangun Karim, salah seorang tokoh masyarakat Bantaeng sangat populer dan disegani di masanya, memilih pindah partai lagi ke PPP.

Lewat partai Islam berlambang kakbah ini, dia kembali bertarung dalam Pemilu 2014, realitas politik menunjukkan konstituen fanatik dan setia masih tetap memberi dukungan dan suara, sehingga jadilah dia menjalani karier legislator periode kedua di provinsi dengan partai berbeda yakni PPP.

Kenyataan politik membuktikan kedekatan dan kepopulerannya dengan masyarakat, diantara 7 anggota Fraksi PPP DPRD Provinsi Sulsel 2014-2019, walau dia pendatang baru di PPP tetapi justru dia paling tertinggi perolehan suaranya.

Dinamika politik dan realitas politik yang dijalani Andi Ugi, menggunakan tiga kendaraan politik yang berbeda mulai dari Partai Golkar, Partai Republikan dan terakhir PPP, memberi isyarat politik kalau sosok sang petarung ini seakan membawa sendiri kursinya kemana saja memilih partai politik.

Sisi lain dari srikandi politik asal Butta Toa julukan lain Bantaeng, dia adalah sosok sang petarung politik yang sudah menguasai dan memahami betul ilmu politik secara baik, karena dia adalah sarjana ilmu politik dari Unhas kampus negeri terbaik di Kawasan Timur Indonesia ini. Ketika masuk dalam panggung politik, dengan kekuatan insting politik sangat tajam, pada praktek politik praktis, dia dapat memenangkan setiap kali pertarungan untuk masuk menjadi anggota legislatif.

Selama meniti karier selaku legislator, dia pernah menjadi Wakil Ketua DPRD Bantaeng kemudian menjadi Ketua DPRD Bantaeng. Rentang waktu duduk di DPRD kabupaten itu, wanita kelahiran Pinrang 24 Nopember 1968 ini termasuk sosok politisi sangat rajin dan dekat dengan seluruh lapisan masyarakatnya.

Dia hampir setiap saat hadir di tengah konstituenya dikala suka dan duka. Hampir semua undangan yang datang untuk pesta perkawinan, sunatan, acara-acara lainnya, termasuk kalau ada warga masyarakat kedukaan, dia selalu hadir bersama dengan masyarakat yang memberinya kepercayaan dan amanah duduk selaku anggota legislatif.
Selama duduk menjadi anggota DPRD Provinsi di Makassar, setiap kali ada pasien asal Bantaeng yang dirujuk ke rumah sakit di Makassar, dia selalu datang menjenguk. Beberapa kali kejadian berpapasan dengan mobil ambulance di jalan yang membawa pasien asal Bantaeng, maka dia akan mengikutinya sampai ke rumah sakit.
Jika kemudian pasien itu meninggal di rumah sakit, maka dia akan menyelesaikan dan bertanggungjawab adminsitrasi pemulangan ke Bantaeng. Sikapnya mendekati warga yang kondisi kedukaan, akan memberi kesan dan kenangan sangat mendalam bagi anggota keluarga pasein yang meninggal.
Komunikasi dengan konstituen terus dibina dengan menampilkan perilaku terbuka dan dekat serta selalu mendengar keluhan dan aspirasi dari masyarakat. Dia menepis kesan wakil rakyat rajin turun ke masyarakat, ketika menjelang pemilu, tetapi kalau sudah terpilih sudah tidak lagi peduli dan kaca mobil para anggota dewan itu senantiasa tertutup ketika melewati pemukiman warga yang pernah memilihnya.

Perilaku dan sikapnya yang dekat serta mengenal dan dikenal oleh orang Bantaeng sudah cukup lama dijalani dan akan tetap menjadi bagian dari karakter dan habitus dirinya menjalin komunikasi dan berinteraksi dengan masyarakat yang menjadi pendukung dan pemilih fanatik dan setianya. (moh yahya mustafa)

BAGIKAN
Berita sebelumyaAjiep Padindang Tampil di Seminar Nasional UPRI Makassar
Berita berikutnyaEnrekang Deklarasikan Diri Jadi Kabupaten Literasi
Wartawan kriminal dan politik harian Pedoman Rakyat Ujungpandang dan sejumlah harian di Kota Daeng Makassar, seperti Ujungpandang Ekspres (grup Fajar) dan Tempo. Saat ini menjadi pemimpin umum, pemimpin perusahaan, dan penanggungjawab majalah Inspirasi dan Website Inspirasimakassar.com. Sarjana pertanian yang juga Ketua Umum Senat Mahasiswa Sekolah Tinggi Ilmu Pertanian (STIP) Al-Gazali--kini Universitas Islam Makassar ini menyelesaikan pendidikan SD di tanah kelahirannya Siri Sori Islam Saparua, SMP Negeri 2 Ambon, dan SPP-SPMA Negeri Ambon. Aktif di sejumlah organisasi baik intra maupun ekstra kampus. Di organisasi kedaerahan, bungsu dari tujuh bersaudara pasangan H Yahya Pattisahusiwa dan Hj.Saadia Tuhepaly ini beristrikan Ama Kaplale,SPT,MM dan memiliki dua orang anak masing-masing Syasa Diarani Yahma Pattisahusiwa dan Muh Fauzan Fahriyah Pattisahusiwa. Pernah diamanahkan sebagai Ketua Ikatan Pemuda Pelajar Siri Sori Islam (IPPSSI) Makassar. Kini, Humas Kerukunan Warga Islam Maluku (KWIM) Pusat Makassar dan Wakil Sekjen Kerukunan Keluarga Maluku (KKM) Makassar.

TINGGALKAN PESAN

Please enter your comment!
Please enter your name here