Site icon Inspirasi Makassar

Anak Menderita Hidrocepalus, Ibu di Soppeng ini Rela Panjat Pohon Aren

Soppeng, Inspirasimakassar.com:

Di era kemerdekaan, perempuan Indonesia masih berjuang. Bukan melawan penjajah, tapi berjuang untuk membahagiakan sang anak. Kisah ibu, Nursiah (41 tahun) rela menjadi buruh-memanjat pohon aren untuk menafkahi anaknya yang kini terbaring akibat menderita Hidrocepalus. Sementara sang suami, atau ayah anak semata wayang itu pergi entah kemana.

Kasih sayang ibu sepanjang masa benar adanya. Ibu adalah wanita paling mulia. Maknya, ibu memiliki tiga derajat dibanding ayah. Bayangkan saja, seorang ibu di Dusun Tampaning, Kecamatan Marioriawa, Kabupaten Soppeng, Sulawesi Selatan rela melakukan pekerjaan laki-laki. Dia rela memanjat pohon aren, demi si buah hatinya, Labeddu (13 tahun) yang kini menderita Hidrocepalus sejak lahir. Sementara ayahnya, melarikan dirinya sejak usia Labeddu 2 tahun 6 bulan.

Hidrocepalus adalah penyakit yang terjadi akibat gangguan aliran cairan di dalam otak (cairan serebro spinal) atau akumulasi cairan serebrospinal dalam ventrikel serebral, ruang subarachnoid, atau ruang subdural. Gangguan itu menyebabkan cairan tersebut bertambah banyak yang selanjutnya akan menekan jaringan otak di sekitarnya, khususnya pusat-pusat saraf yang vital.

Ditemui pada Senin, 10 Agustus 2020, Nursiah  mengakui, bukan hal yang mudah menjadi singel parent. Karena segala cara dia tempuh untuk menafkahi anaknya. Baginya, tidak mudah melakuan pekerjaan yang seharusnya dilakukan laki-laki. Tapi semua itu tidak ia simpan dalam hati. Dia bekerja ikhlas, demi anaknya.

  “Saya masih mampu bekerja pak, tapi tidak enak juga selalu minta tolong ke orang untuk menjaga anak saya, ketika saya keluar mencari nafkah. Biasa, saya tinggal di rumah sendirian. Kasian, dan kalau saya pulang biasa kudapati menetes air matanya, karena dia tidak bisa juga bicara. Sedih,” tutur Nursiah sembari mengusap kepala anaknya.

Menurutnya, bersama anaknya  tinggal di perumahan Sdn Kelas jauh Medde, karena rumahnya roboh termakan usia. “Alhamdulillah pak, sekarang kami sudah bangun rumah berkat sumbangan Labeddu namun belum rampung. Kalau pemasangan lampunya gratiskan dari Pemdes Patampanua,” tutupnya. (Yusuf)

Exit mobile version