Makassar, Inspirasimakassar.com:
Di Indonesia, lintas status sosial dari kere menjadi pejabat, demikian terbuka. Asal mau bekerja keras dan ada nasib baik tentunya. Lihat saja, Roy Suryo, yang tadinya hanya pengamat foto-foto bokep, nyatanya bisa menduduki kursi menteri. Bedanya di Amerika Serikat, Eropa, Jepang, dan lainnya. Di sana, demikian sulit menerobos dengan cepat ke level status sosial yang lebih tinggi. Contohnya, Barack Obama. Kalau pada akhirnya dia bisa menembus struktur politik ‘high class’ di negeri Paman Sam tersebut, cukup panjang perjuangan dan perjalanannya!
Tokoh pergerakan Islam konterporer ini misalnya. Dia dipercayakan menduduki kursi legislativ Pergantian Antar Waktu (PAW) di Maluku. Kisah perjalanan politikus yang juga akademisi, kelahiran Desa Tumalehu Barat, Manipa, Seram Bagian Barat (SBB), 10 Februari 1974 ini rumit. Makanya, dia mengakui, apa yang diraih saat ini, tidak terlepas dari campur tangan tuhan.
Lihat saja, saat kuliah di Jakarta, anak ke-5 dari 6 bersaudara ini pernah mengais sampah, guna mencari makanan yang layak dimakan. Dia malah menginap di masjid, 4 hari tidak makan dan hanya bisa bertahan dengan minum air keran di masjid. Kini, tuhan telah memberinya kesempatan turut andil dalam proses perubahan rakyat Maluku. Dia adalah, Abdul Rasyid Kotalima, S.Pdi,MM.
Karir politiknya bermula pada Pemilu Legislatif tahun 2014. Melalui Partai Hati Nurani Rakyat (Hanura), dia mendulang suara terbanyak ke dua (3.928) setelah Yasin Payapo. Hanya saja, saat Pemilukada SBB, 15 Februari lalu, Yasin Payapo mencalonkan diri sebagai bupati—sekaligus menang. Suami dari Rina Pudji Astuti,S.Pdi ini pun dilantik sebagai anggota DPRD Maluku PAW, pada Rabu, 24 April 2017 bersama dua rekannya dari partai berbeda.
Menurutnya, jabatan adalah amanah. Dia mengakui, akan mempertangganggung jawabkannya dihadapan Allah. “Nafasku adalah, helai terakhir rakyat. Prioritas utamaku adalah, memperjuangkan persoalan kesenjangan desentralisasi, utamanya pada aspek yuridis dan akselerasi tata administrasi penegak hukum SBB, terkhusus Kecamatan Manipa”, tuturnya, belum lama ini.
Wakil Ketua DPD, sekaligus Dewan Penasihat Partai Hanura Maluku ini berkisah, saat hajatan Pileg lalu, dia meyakini diri membuka jalan yang lebih luas untuk mendulang suara maksimal. Hanya saja, dia nyaris tidak memiliki waktu luas untuk menyakinkan pemilih. Apalagi, disaat bersamaan, dia dihimpit keterdesakan waktu dan kesibukannya sebagai dosen di Univ.Muhammadiyah Jakarta. Tetapi, karena dibentengi dengan kemampuan manajerial, maka meraih suara cukup signifikan, sekalipun berada diurutan kedua di Hanura Daerah Pemilihan Manipa.
Apa yang diraih pada Pileg lalu, merupakan prestasi membanggakan. Patut diacungi jempol. Sebab, saat itu, baru pertama kali dia mengikuti kontestasi Pileg. Makanya, kalau bukan strategi politik yang baik, mustahil bisa meraih genggaman di kursi wakil rakyat di Karang Panjang.
Ustazd Tu—demikian sapaan Abdul Rasyid Kotalima, mulai mengeyam pendidikan dasar di Madrasah Ibtidaiyah (MI) Muhammadiyah Manipa (1979-1985). Kemudian MTS Muhammadiyah Manipa (1985-1989), PGAN Ambon (1989-1992). Pernah menjabat ketua Ikatan Pelajar Muhammadiyah Manipa (1988-1989). Juga sebagai ketua OSIS PGAN Ambon, tahun 1991-1992.
Tiga tahun setelah menyelesaikan studinya (1995), dia mengabdi sebagai guru di MI Muhammadiyah di kampung halamannya. Manipa. Hanya setahun mengabdi, dengan loyalitas dan kompetensi yang dimilikinya, dia diangkat sebagai wakil kepala sekolah. Karirnya berlanjut dengan mendapatkan kesempatan mengabdi sebagai guru di beberapa sekolah, hingga awal tahun 2000.
Pertengahan tahun 2000, dia mendapatkan beasiswa melanjutkan studi S-1 di Univ. Muhammadiyah Jakarta. Hanya saja, biaya hidup di Jakarta besar. Makanya, beasiswa tidak cukup. Di awal perjalanan di ibukota itu, berbagai kesulitan menderanya. Mulai tempat tinggal, makan, hingga biaya kuliah.
“Perjalanan saya tidak semuda kondisiku saat ini. Dulu, hidup begitu sulit. Hanya saja, saya tetap percaya, bahwa Allah tidak akan pernah menyia-nyiakan orang yang sedang berusaha. Meskipun harus menginap di masjid, tidak makan sampai 4 hari dan hanya bertahan dengan minum air keran masjid. Pernah, mengais sampah untuk mencari yang masih layak untuk dimakan,” tuturnya, mengenang masa lalu.
Sekalipun demikian, tetap bertahan. Sesekali, dia berinteraksi dengan aktivis pergerakan Islam dan konvensional skala nasional. Tujuannya, memperdalam ilmu agama, kebudayaan, ekonomi, politik dan pendidikan. Selesai di S-1, dilanjutkan ke S-2 di STIE ISM Jakarta, bidang manajemen SDA, tahun 2013.
Rasyid juga dikenal sebagai pribadi yang aktif. Berbagai pengalaman organisasi seperti Ketua IMM Komisariat FAI UMJ (2001-2002), Ketua BEM FAI UMJ (2002-2003), Ketua KorKom IMM Cabang Cirendeu (2003-2005). Termasuk menjadi Ketua Umum IKABAPA-Jakarta (2003-2005), Ketua Umum Santri MUI Jakarta (2003-2005), dan Ketua Bidang Organisasi DPD IMM Jakarta. Di tengah-tengah kesibukannya saat itu, dia tetap meluangkan waktu mengajar di SMA Al-Mubarok, Aren, Banten (2005-2012). Hingga menjabat sebagai Wakil Kepala Seksi Kesiswaan.
Secara kepribadian, pria yang mewarisi darah Manipa-Siri Sori Islam ini, selain dikenal sebagai pribadi yang mengedepankan sopan santun. Rendah hati dan bersuara lembut. Meskipun terhadap lawan-lawan politiknya, juga bersahaja dan kadang-kadang gemar bercanda dengan siapa saja yang menjadi teman bicaranya. (ical sallatalohy-din pattisahusiwa)