
Maros, Inspirasimakassar,id;
Upaya mengatasi krisis air bersih akibat musim kemarau terus dilakukan. Program distribusi air bersih ini merupakan langkah cepat pemerintah daerah (Pemda) Kabupaten Maros memastikan masyarakat tetap memiliki akses air selama kemarau panjang.
Musim kemarau panjang yang melanda Kabupaten Maros sejak Agustus 2025 mulai menimbulkan dampak serius. Persediaan air baku PDAM semakin terbatas karena harus berbagi suplai dengan Kota Makassar, yang sebagian besar bersumber dari Bendungan Lekopaccing.
Kondisi itu membuat krisis air bersih kian meluas. Jika sebelumnya hanya melanda daerah pesisir yang memang setiap tahun langganan kekeringan seperti Kecamatan Bontoa, Lau, Maros Baru, dan Marusu, kini sudah menjalar hingga delapan kecamatan lain. Wilayah yang terdampak meliputi Turikale (ibukota kabupaten), Mandai, Tanralili, serta sebagian Kecamatan Bantimurung bagian utara.
Menyikapi krisis ini, Bupati Maros, AS Chaidir Syam, langsung menginstruksikan BPBD Maros untuk melakukan langkah nyata di lapangan. Setiap hari, sedikitnya 12 tangki air bersih disalurkan untuk masyarakat terdampak.
Untuk, jelas Chaidir Syam, saat melepas distribusi tangki di Lapangan BPBD Maros mengemukakna,Saat ini, Pemkab Maros terus berupaya mengurangi beban warga yang selama ini hanya mengandalkan tadah hujan atau harus membeli air dari pedagang keliling.
Distribusi air bersih tersebut membuat warga merasa sangat terbantu. Bahkan, ada sebagian masyarakat yang terpaksa memanfaatkan air empang untuk kebutuhan mencuci non-konsumsi. “Kami berterima kasih kepada Pak Bupati dan BPBD. Setidaknya kebutuhan mendesak bisa sedikit terpenuhi,” tutur seorang warga di Kecamatan Bontoa.
Pernyataan senada dikemukakan Kepala BPBD Maros, Toadeng. Dia menambahkan, pihaknya sedang berkoordinasi dengan BMKG untuk menetapkan Status Tanggap Darurat Kekeringan bila kondisi kemarau terus berkepanjangan. Status ini penting sebagai dasar intervensi lebih masif dalam penyaluran air bersih.
Menurutnya, berdasarkan data BPBD, pada 2024 terdapat 10 kecamatan yang terpapar kekeringan. Kondisi terparah terjadi pada 2023, ketika hampir seluruh dari 14 kecamatan di Kabupaten Maros mengalami krisis air bersih. (titi)