Ahmad Taslim menyerahkan Santri Award kepada KH.Alwi Nawawi

Makassar, Inspirasimakassar,com:

Tiga pimpinan Pondok Pesantren (Ponpes) masing masing,  AGH.Abdul Muthalib (MDIA Bontoala), AG.Drs.H.Alwi Nawawi,M.Pd   (DDI Darul Ikhsan), dan KH.Mukhtar Waka,BA (Darul Arqam Gombara tahun 2007) menerima Santri Award 2022. Santri Award  dirangkaikan dialog  bertema “Santri untuk Bangsa”  di Auditorium Menara Phinisi, Universitas Negeri Makassar (UNM), Ahad, 23 Oktober 2022.

Santri Award diserahkan oleh Ketua Tanfidziyah Forum Santri Nasional (FSN) Sulawesi Selatan, Ahmad Taslim Matammeng,S.Ag.M.Si, disaksikan sesepuh Nahdlatul Ulama (NU), dan seribuan santri dari berbagai Ponpes di ibukota Sulawesi Selatan ini. Santri Award dan dialog ini juga dalam rangkaian Hari Santri Nasional, 22 Oktober 2022.

Di sela sela penyerahan Santri Award, Ahmad Taslim Matammeng mengaku, sejak jaman pergerakan kemerdekaan, santri sudah ikut berjuang. Dan kini, santri memiliki kesempatan emas mengisi kemerdekaan.

Pembicara dan moderator

Bagi Ahamd Taslim, perjuangan para santri masa lalu itulah, sehingga santri saat ini terus, dan tetap mencintai Indonesia. Mencintai kemerdekaan, sekaligus menjauhkan diri dari pengaruh yang dapat merusak Indonesia melalui pemahaman-pemahaman radikal dan intoleran. “Makanya, dalam diri setiap insan santri, tidak ada pilihan lain, NKRI harga mati”,” tegasnya.

Di bagian lain, Ahmad Taslim yang juga Wakil Ketua I Bidang Pengumpulan Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) Kota Makassar ini menyebutkan, kedudukan Forum Santri Nasional sangat penting. Tidak lain karena,  para penggagasnya adalah tokoh tokoh nasional. Mereka berasal dari lintas aliran Islam. Didalamnya ada NU, Muhammadiyah,, serta lintas santri. Dewan pelindung, sekaligus dewan penasihat adalah Wakil Presiden, KH Ma’aruf Amin.

“Santri Indonesia adalah kaum terpelajar yang mencintai Indonesia. Mencintai Pancasila. Mencintai UUD 1945, mencintai Bhineka Tunggal Ika. Hingga mencintai keberagaman,” ujarnya, seraya menambahkan, saat ini, para santri boleh berbagga diri. Santri telah mendapatkan pengakuan tertinggi di bumi nusantara ini.

Pernyataan Ahmad Taslim disambut positif empat pembicara dalam dialog yang dipandu Abdul Karim,S.Ag.  Rektor UNM Prof.Dr.Ir.H.Husain Syam,M.TP,IPU,ASEAN misalnya. Ia menyebut, masa depan santri jauh lebih baik. Santri saat ini adalah gambaran masa depan yang lebih baik. Santri adalah sosok yang betul betul dapat menjamin rakyat untuk dapat mengelola bangsa ini lebih baik. Santri sangat luar biasa,.

Rektor UNM dan mantan Pangdam XIV Hasanuddin

Karena tiu,  santri saat ini mendapat kesempatan lebih untuk masuk dalam jenjang perguruan tinggi negeri  ternama. Bukan saja perguruan tinggi agama, melainkan perguruan tinggi umum. Salah satunya UNM.

“ Tahun 2022 ini saja,  ada sekitaran 300 anak santri yang memiliki kelebihan menghafal Al-Qur’an berhasil masuk di UNM,” ujar rektor dua periode asal Mandar, kelahiran Kanang-Polman, 7 Juli 1966 ini.

Pernyataan senada dikemukakan Mayjen (Purn) Andi Muhammad Bau Sawa Mappanyukki,SH,MH. Ia malah mengaku, sejak menjadi Panglima Komando Daerah Militer XIV/Hasanuddin, sejumlah santri juga diterima menjadi tentara dalam berbagai jenjang.

Cucu dari Raja Bone ke-32, yang juga pahlawan nasional (Andi Mappanyukki), juga cucu Raja Gowa ke-34 I Makkulau Daeng Serang dan Keponakan Datu Luwu ke-38, Bau Tenripadang Opu Datu, kelahiran 7 Agustus 1964 ini menambahkan, sejak kecil dia telah diajari pengetahuan agama Islam dengan baik dari orang tua, dan kakeknya .


Dr.H.Mustari Bosra dan H.Azhar Arsyad,

Satu pesan penting yang dilontarkan Andi Muhammad adalah, Sulawesi Selatan harus dijaga dengan baik, dari penghianat penghianat yang sengaja ingin meronrong ketidakkondusipan. “Mari kita jaga bersama. Mari kita bangkit bersama, dan membawa daerah ini jauh lebih baik,” pintanya

Pembicara ke tiga, H.Azhar Arsyad,SH. Ketua Fraksi PKB DPRTD Sulsel ini menjelaskan santri memiliki peran positif dan penting, bukan saja para masa lalu, melainkan di era berkemajuan saat ini. Pentingnya santri, sehingga dirinya menggagas pembentukan Peraturan Daerah (Perda) Santri. Dalam waktu dekat akan dibahas di DPRD Sulsel.

Ketua DPW PKB Sulsel ini juga mengakui, peringatan hari Santri Nasional tidak terlepas dari teks resolusi jihad yang dicetuskan pada 22 Oktober 1945.

“Aksi Resolusi Jihad pada 22 Oktober 1945 berawal dari seruan KH Hasyim Asy’ari kepada para santri dan ulama pondok pesantren dari berbagai penjuru Indonesia. Instruksi tersebut menyebut untuk membulatkan tekad dalam melakukan jihad membela tanah air. Dan tentunya, lahirnya resolusi jihad  ini, tak lepas dari rangkaian peristiwa sejarah yang terjadi sebelumnya,” tegas tokoh NU ini.

Sementara pembicara terakhir,  Dr.H.Mustari Bosra,M.Ag.  Tokoh Muhammadiyah ini  mengurai peran “Anrong Guru dan Tuan Guru dalam Dunia Santri. Dalam paparannya, akademiisi ini terlihat membedakan pesantren di Jawa dan Sulawesi Selatan. Baginya, dulu, pesantren di Jawa dipengaruhi tradisi Hindu Budha.

Pesantren saat itu, merupakan hasil upaya asimilasi tradisi pendidikan Islam dengan Hindu-Buddha yang dilakukan Wali Songo. Pendapat ini didasarkan kepada banyak kemiripan dalam konsep pendidikan, dan latihan pengendalian diri. Makanya, saat itu, pesantren di Jawa dikeroyok oleh kerajaan yang muncul dari bawah.

peserta

Bedanya dengan di Sulawesi Selatan. Pesantren dengan perkembangan Islam, memang lahir dari kalangan atas. Para raja yang duluan memeluk Islam, kemudian menyebarkan Islam kepada kalangan bawah. Sebut saja, sistem pendidikan yang diajarkan Datuk Ri Bandang—atau Abdul Makmur di Sulawesi Selatan dilakukan di istana. Atau para bangsawan. Kemudian berkelanjutan sampai awal abad ke XX.

 Malah, pada abad tersebut, pesantren pesantren di Sulawesi Selatan berpusat di Mekkah.  Di mana, para orang  pulang menimba ilmu di Mekkah, kemudian membuka pesantren. Pertama di pulau Salemo, sekitaran tahun 1910-an. Kemudian ke Campalagian, sekitaran tahun 1930-an.

Dan, seperti tiga  dua pembicara sebelumnya, Mustari Bosra juga meyakini,  masa depan santri lebih cemerlang. Karena itu, ia meminta agar para santri terus berbenah diri. Mengisi ruang ruang pendidikan di semua tingkatan. Apalagi, masa depan bangsa sangat ditentukan kesiapan generasi saat ini, termasuk didalamnya, santri. (din pattisahusiwa).

BAGIKAN
Berita sebelumyaBAZNAS MAKASSAR-Ponpes DDI GALBAR SUNAT 50 ANAK
Berita berikutnyaDandim 1424 Sinjai dan Anggota DPRD Sulsel Saksikan Semifinal Porprov Cabor Yongmoodo
Wartawan kriminal dan politik harian Pedoman Rakyat Ujungpandang dan sejumlah harian di Kota Daeng Makassar, seperti Ujungpandang Ekspres (grup Fajar) dan Tempo. Saat ini menjadi pemimpin umum, pemimpin perusahaan, dan penanggungjawab majalah Inspirasi dan Website Inspirasimakassar.com. Sarjana pertanian yang juga Ketua Umum Senat Mahasiswa Sekolah Tinggi Ilmu Pertanian (STIP) Al-Gazali--kini Universitas Islam Makassar ini menyelesaikan pendidikan SD di tanah kelahirannya Siri Sori Islam Saparua, SMP Negeri 2 Ambon, dan SPP-SPMA Negeri Ambon. Aktif di sejumlah organisasi baik intra maupun ekstra kampus. Di organisasi kedaerahan, bungsu dari tujuh bersaudara pasangan H Yahya Pattisahusiwa dan Hj.Saadia Tuhepaly ini beristrikan Ama Kaplale,SPT,MM dan memiliki dua orang anak masing-masing Syasa Diarani Yahma Pattisahusiwa dan Muh Fauzan Fahriyah Pattisahusiwa. Pernah diamanahkan sebagai Ketua Ikatan Pemuda Pelajar Siri Sori Islam (IPPSSI) Makassar. Kini, Humas Kerukunan Warga Islam Maluku (KWIM) Pusat Makassar dan Wakil Sekjen Kerukunan Keluarga Maluku (KKM) Makassar.

TINGGALKAN PESAN

Please enter your comment!
Please enter your name here