Zulkifli Thahir

Pemberitaan peristiwa bencana alam di bumi Massenrepulu, belakangan menuai kritikan Bupati Enrekang, Muslimin Bando. Bupati dua periode itu malah menuding wartawan hanya mencari panggung. Pernyataan Muslimin Bando ini ditanggapi beragam para jurnalis di daerah ini. Zulkifli Thahir misalnya.

Ketua Ikatan Wartawan Online (IWO) Sulsel ini menegaskan, tidak terbenak dalam insan jurnalis mencari cari panggung. Apalagi pemberitaannya menyangkut bencana alam.

“Mungkin pak Bupati malu, jika daerahnya diberitakan secara terus-menerus tentang bencana, sehingga beliau menuding wartawan cari panggung. Namun tidaklah elok, dan tidak bijak, jika seorang kepala daerah mengatakan hal itu”, ungkap Zulkifli Thahir saat dikonfirmasi via telepon, Sabtu, 15 Oktober 2022.

Seharusnya, tegas Zulkifli Thahir, Bupati Enrekang, Muslimin Bando memahami kerja jurnalis. Apalagi, saat bertugas, dilindungi UU Nomor 40 tahun 1999. Karena wartawan adalah jembatan informasi, corong informasi, agar bagaimana masyarakat bisa tahu kejadian di mana-mana, sepanjang apa yang dilakukan wartawan dalam melakukan peliputan tidak melanggar kode etik.

Untuk itu, Abang Chuleq–sapaan akrabnya menyarankan, seorang bupati harus lebih mengontrol bicaranya, tahu fungsi, dan kinerja wartawan.

“Mungkin saat melontarkan kata-kata itu, bupati tidak sedang baik-baik saja. Tetapi, kalau dalam kondisi yang baik, tidak mesti keliru, sehingga mengeluarkan perkataan yang bisa saja tidak mengenakkan perasaan wartawan. Mungkin saja ada beberapa wartawan yang sikapnya menjengkelkan bagi beliau, tapi tidak semua wartawan seperti yang disangkakan beliau”, tuturnya.

Di bagian lain Abang Chuleq meminta bupati menyadari, jika adanya pemberitaan bencana itu, pemerintah provinsi, bahkan pusat melalui BNPB mengetahui secara jelas, sehingga lebih intens memonitoring Kabupaten Enrekang yang rawan akan bencana.

“Bupati justru harus berterima kasih kepada wartawan yang selama ini aktif memberitakan kondisi Kabupaten Enrekang. Menurut saya, Pak Bupati harus lebih arif dan bijaksana melihat ini. Jadi saran saya, Pak Bupati duduk bersamalah dengan para wartawan, menggelar coffe morning sesering mungkin. Yah saling minta maaf lah, apa yang salah, apa yang tidak dipahami. Segala unek-unek dicurahkan di situ. Saya kira, jika semua dibicarakan baik baik, tidak akan ada masalah”,  harap Abang Chuleq, menutup pembicaraan. (ZF)

BAGIKAN
Berita sebelumyaSambut HUT Partai Golkar Ke-58, Ribuan Warga Takalar Gerak Jalan Sehat
Berita berikutnyaSeleksi penerimaan Panwascam Takalar dinilai tak transparan
Wartawan kriminal dan politik harian Pedoman Rakyat Ujungpandang dan sejumlah harian di Kota Daeng Makassar, seperti Ujungpandang Ekspres (grup Fajar) dan Tempo. Saat ini menjadi pemimpin umum, pemimpin perusahaan, dan penanggungjawab majalah Inspirasi dan Website Inspirasimakassar.com. Sarjana pertanian yang juga Ketua Umum Senat Mahasiswa Sekolah Tinggi Ilmu Pertanian (STIP) Al-Gazali--kini Universitas Islam Makassar ini menyelesaikan pendidikan SD di tanah kelahirannya Siri Sori Islam Saparua, SMP Negeri 2 Ambon, dan SPP-SPMA Negeri Ambon. Aktif di sejumlah organisasi baik intra maupun ekstra kampus. Di organisasi kedaerahan, bungsu dari tujuh bersaudara pasangan H Yahya Pattisahusiwa dan Hj.Saadia Tuhepaly ini beristrikan Ama Kaplale,SPT,MM dan memiliki dua orang anak masing-masing Syasa Diarani Yahma Pattisahusiwa dan Muh Fauzan Fahriyah Pattisahusiwa. Pernah diamanahkan sebagai Ketua Ikatan Pemuda Pelajar Siri Sori Islam (IPPSSI) Makassar. Kini, Humas Kerukunan Warga Islam Maluku (KWIM) Pusat Makassar dan Wakil Sekjen Kerukunan Keluarga Maluku (KKM) Makassar.

TINGGALKAN PESAN

Please enter your comment!
Please enter your name here