Syamsi AliIndonesia harus bangga memiliki Syamsi Ali. Lelaki Bugis, kelahiran Bulukumba, Sulawesi Selatan, 5 Oktober 1967 ini, selain menjadi jurubicara muslim, juga penyiar Islam di Amerika Serikat. Padahal, Negara adidaya ini getol berperang melawan terorisme. Syiar Islam dan dakwah yang dilantunkan, tidak terbatas kepada jemaah Indonesia saja, melainkan juga muslim di New York dan Washington DC.
Di Negara Paman Sam itu, Syamsi Ali menyampaikan khotbah tentang nilai-nilai demokrasi dan menentang ekstrimis. Di luar masjid, ia mempromosikan kepada Federal Bureau of Investigation (FBI) dan anggota Kongres tentang hubungan antar agama. Menurut CNN Indonesia, di antara umat Islam Indonesia yang tinggal di Amerika, Syamsi dikenal sebagai anggota dewan penasihat di organisasi-organisasi besar. Di antaranya Indonesian Muslim Society in America dan Indonesian Muslim Intellectual Society in America.
Ia mengharumkan citra Islam Indonesia yang moderat dengan pandangan dan aktivitasnya di berbagai forum internasional. Misalnya saja ia pernah tampil berdakwah di mimbar “A Prayer for America” di Stadion Yankee, kota New York, 23 September 2004. Sekitar 50 ribu orang memadati stadion itu. Tua-muda, lelaki, perempuan. Kulit putih, kulit hitam, pelbagai ras dan bangsa di Amerika berdesak-desakan.
Di panggung, hadir ratu acara bincang-bincang televisi Oprah Winfrey, mantan Presiden Bill Clinton, senator Hillary Clinton, Gubernur Negara Bagian New York George Pataki, Wali Kota New York Rudolph Giuliani, artis Bette Midler dan penyanyi country Lee Greenwood. Di New York, statistik menunjukkan terdapat lebih 800.000 kaum muslimin.
Syamsi mengupas surat Al-Hujurat ayat 13. Intinya tentang asal-usul manusia yang dijadikan berbangsa-bangsa dan bersuku-suku. Tidak ada bangsa yang paling tinggi derajatnya, karena yang termulia adalah yang paling bertakwa.
Dengan mengurai makna ayat itu, ia ingin publik Amerika tahu, Islam adalah agama yang mengakui persaudaraan. “Islam tak membenci umat lain. Justru Islam datang untuk mengangkat derajat semua manusia. Inilah tugas kami untuk memberi penjelasan sebenarnya tentang Islam yang rahmatan lil alamin,” katanya, berusaha mengurangi kebencian warga Amerika akan Islam pasca serangan teroris 11 September 2001.
Moderator diskusi, Joel Cohen, mantan jaksa dan penulis buku “Moses and Jesus in Dialogue” bertanya bagaimana Syamsi menyikapi jika suatu ketika ada muslim, ingin mendirikan negara Islam di Amerika.
Jawaban Syamsi mengejutkan. Banyak yang geleng-geleng kepala, saat ia menegaskan bahwa “syariat phobia” yang masih menggeluti kebanyakan warga Amerika seharusnya dikurangi. Amerika, dalam banyak hal lebih pantas dikatakan negara Islam ketimbang banyak negara yang diakui sebagai negara Islam saat ini.
Negara yang dipimpin Barak Obama itu, katanya, lebih banyak menegakkan syariat Islam ketimbang negara-negara yang mengaku mengusung syariat. Untuk itu, seorang muslim yang paham tentang konsep masyarakat dalam Islam, tidak akan pernah mempermasalahkan. Sebaliknya, non-muslim juga seharusnya tidak perlu “over worried”.
Dalam pandangannya, syariat adalah landasan hidup seorang muslim. Berislam tanpa bersyariat mustahil. Hukum-hukum yang mengatur kehidupan seorang muslim, mulai dari masalah-masalah keimanan, ritual, hingga mu`amalat (hubungan antar makhluk) masuk dalam kategori syariah. Untuk itu, memutuskan hubungan antara kehidupan seorang muslim dengan syariat sama dengan memisahkan antara daging dan darahnya.
Amerika yang didirikan di atas asas kebebasan, kesetaraan dan keadilan untuk semua, sesungguhnya didirikan di atas asas nilai-nilai dasar Islam. Islam juga didasarkan kepada nilai-nilai kebebasan, keadilan, dan persamaan.
Atas dasar itu, Syamsi dengan keyakinan penuh menegaskan, kehadiran Islam di Amerika adalah ibarat benih subur yang terjatuh di atas lahan yang subur. Dia akan tumbuh, karena memang lahan yang ditempatinya sesuai dengan kebutuhan benih. Kelak, tanaman ini pasti akan dirasakan karena memang manusia yang mendiaminya telah lama marasakan kehausan.
Setelah tamat SD di Desa Lembanna, Kajang, Bulukumba, dia masuk Pondok Pesantren Muhammadiyah “Darul-Arqam” Makassar. Tamat tahun 1987, ia mengabdikan diri sebagai pengajar di almamaternya hingga akhir 1988. Saat itu mendapat beasiswa dari Rabithah Alam Islami melanjutkan studi ke Universitas Islam Internasional, Islamabad, Pakistan.
Jenjang S1 bidang Tafsir diselesaikan tahun 1992. Melanjutkan S2 perbandingan agama di universitas yang sama, tahun 1994. Selama studi S2, bekerja sebagai staf pengajar di Saudi Red Crescent Society Islamabad, sekaligus mendapat tawaran mengajar di the Islamic Education Foundation, Jeddah, Arab Saudi, tahun 1995.
Musim haji tahun 1996, saat ceramah di Konjen RI Jeddah. Disana, dia bertemu jamaah haji luar negeri, termasuk Dubes RI untuk PBB yang kemudian menawarkannya ke New York, tahun 1997.
Anak ketiga dari enam bersaudara ini mudah bergaul. Anggota Muhammadiyah Cabang Istimewa AS ini juga berteman dengan mantan presiden AS George W Bush, mantan presiden Bill Clinton. Clinton bahkan ikut memberi kata sambutan di buku Sons of Abraham, yang ditulisnya bersama rabbi Yahudi. (din-bs)

BAGIKAN
Berita sebelumyaPenjelasan Ratu Boki Soal Penangkapan Dirinya oleh Polda Maluku Utara. Penangkapan Kedua Setelah Sempat Dibebaskan
Berita berikutnyaMakassar Bersih
Wartawan kriminal dan politik harian Pedoman Rakyat Ujungpandang dan sejumlah harian di Kota Daeng Makassar, seperti Ujungpandang Ekspres (grup Fajar) dan Tempo. Saat ini menjadi pemimpin umum, pemimpin perusahaan, dan penanggungjawab majalah Inspirasi dan Website Inspirasimakassar.com. Sarjana pertanian yang juga Ketua Umum Senat Mahasiswa Sekolah Tinggi Ilmu Pertanian (STIP) Al-Gazali--kini Universitas Islam Makassar ini menyelesaikan pendidikan SD di tanah kelahirannya Siri Sori Islam Saparua, SMP Negeri 2 Ambon, dan SPP-SPMA Negeri Ambon. Aktif di sejumlah organisasi baik intra maupun ekstra kampus. Di organisasi kedaerahan, bungsu dari tujuh bersaudara pasangan H Yahya Pattisahusiwa dan Hj.Saadia Tuhepaly ini beristrikan Ama Kaplale,SPT,MM dan memiliki dua orang anak masing-masing Syasa Diarani Yahma Pattisahusiwa dan Muh Fauzan Fahriyah Pattisahusiwa. Pernah diamanahkan sebagai Ketua Ikatan Pemuda Pelajar Siri Sori Islam (IPPSSI) Makassar. Kini, Humas Kerukunan Warga Islam Maluku (KWIM) Pusat Makassar dan Wakil Sekjen Kerukunan Keluarga Maluku (KKM) Makassar.

TINGGALKAN PESAN

Please enter your comment!
Please enter your name here