
Makassar, Inspirasimakassar.id:
Tarekat Al-Muhammadiyah Al-Sanusiah Al-Idrisyah, Ahad 3 Agustus tadi, menggelar milad ke lima. Milad kali ini selain menandai setengah dekade bimbingan spritual yang begitu mendalam, juga menjadi tonggak sejarah berkembangnya jalan MULIA yang didedikasikan untuk pemurnian batin.
Betapa MULIA-nya Milad kelima ini, makanya selain dihadiri Datok Syekh Muhammad Fuad Bin Kamaluddin (Khadim Tarikat Al-Muhammadiyah Al Sanusiah Al-Adrisyah Asia), dan Mudir Ali Idaroh Aliyah JATMAN Pusat, Prof.Dr.KH.Ali Masykur Musa,M.Hum, juga para alim ulma, dan sekitar 3000 jamaah. Tujuannya, mendekatkan diri kepada tuhan melalui disiplin spiritual, zikir, dan kepatuhan terjadap ajaran guru.
Ketua Panitia milad, Dr.HM.Ahsar Tamanggong, dikonfirmasi mengakui, pelaksanaan milad kelima kali ini dirangkaikan sejumlah kegiatan. Mulai dari zikir di Jawiah–atau Sekretariat Tarekat Al-Muhammadiyah Al-Sanusiah Al-Idrisyah di Jalan Bulusaraung, disusul tahlil, zikir kanz As’saadah, pelantikan pengurus JATMAN Provinsi Sulawesi Selatan, tausiah—atau pengajian tarekat masing masing oleh Datok Syekh Muhammad Fuad Bin Kamaluddin (Khadim Tarikat Al-Muhammadiyah Al Sanusiah Al-Adrisyah Asia), dan Mudir Ali Idaroh Aliyah JATMAN Pusat, Prof.Dr.KH.Ali Masykur Musa,M.Hum.
Kegiatan lain sekaitan dengan Milad adalah ziarah makam di salah satu kuburan Mansyaikh Tarekat Al-Muhammadiyah Al-Sanusiah Al-Idrisyah, Zawiyah Al-Alamah AG.KH.Muhmmad Nur, di Jalan Perintis Kemrdekaan Km 13 No 22 Kapassa, Kecamatan Biringkanaya. Sekaligus pengijazahan kepada jemaah tarekat Muhammadiyah Al-Sanusiah Al-Idrisyah yang hadir.
“Dalam ziarah makam satu kuburan Mansyaikh Tarekat Al-Muhammadiyah Al-Sanusiah Al-Idrisyah, Zawiyah Al-Alamah AG.KH.Muhmmad Nur di Daya tersebut juga dihadiri tarekat yang terafiliasi dengan JATMAN. Dri 42 tarekat yang ada, hadir di antaranya,tarekat Khalwatiyah Yusufiah, Khalwatiyah Samman, dan lainnya,” tutur Doktor luaran Universitas Muslim Indonesia (UMI) Makassar ini.
Peringatan hari jadi kelima ini, jelas HM Ashar Tamanggong yang juga Ketua Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) Kota Makassar itu, menggarisbawahi ketahanan, akan semakin kuatnya kehadiran Tarekat Al-Muhammadiyah Al-Sanusiah Al-Idrisyah saat ini.
Di era yang sering diwarnai oleh materialisme dan keterputusan spiritual, tarekat ini menawarkan tempat perlindungan bagi mereka yang mencari hubungan yang lebih mendalam dengan Tuhan, menekankan pentingnya penyucian batin, perilaku etis, dan pengabdian kepada kemanusiaan.
ATM—sapaan akrab musryik Syekh Almuhammadiyah Al Sanusiah Al Idrisyiah Kota Makassar itu, dalam pengajian tarekat baik oleh Datok Syekh Muhammad Fuad Bin Kamaluddin (Khadim Tarikat Al-Muhammadiyah Al Sanusiah Al-Adrisyah Asia), maupun Mudir Ali Idaroh Aliyah JATMAN Pusat, Prof.Dr.KH.Ali Masykur Musa,M.Hum mengemuka bahwa, tarekat merupakan jalur terstruktur dalam Islam yang bertujuan untuk mendekatkan diri kepada Tuhan melalui disiplin spiritual, zikir, dan kepatuhan terhadap ajaran seorang guru spiritual, atau Syekh.
Dalam tarekat, jelasnya, diperoleh momen yang mendalam bagi para guru dan pengikutnya untuk merenungkan kemajuan spiritual mereka, memperbarui janji suci mereka, dan memperingati pendirian serta perjalanan berkelanjutan tarekat.
Seperti diketahui, nama “Al-Muhammadiyah Al-Sanusiah Al-Idrisyah” sendiri menawarkan sekilas gambaran tentang warisan yang kaya dan silsilah berlapis-lapis dari tarekat. Sebut saja, Al-Muhammadiyah menandakan kepatuhan mendasarnya pada Sunnah dan warisan spiritual Nabi Muhammad (SAW) yang menegaskan bahwa, jalan tersebut berakar kuat pada ajaran dan karakter murni utusan Allah terakhir.
Al-Sanusiah, berfokus pada reformasi puritan, kebangkitan ilmu pengetahuan Islam, dan pembangunan komunitas, serta memainkan peran penting dalam lanskap sosial-politik dan keagamaan. Dan, Al-Idrisyah penekanannya pada pengalaman spiritual langsung, ketergantungan pada Al-Qur’an dan Sunnah, serta metode zikir yang unik.
Tarekat tarekat ini termasuk berafiliasi dengan Jam’iyyah Ahlith Thariqah Al-Mu’tabarah An-Nahdliyyah, atau JATMAN. JATMAN, selain turut berperan dalam melestarikan kekayaan budaya dan spiritual bangsa, tidak juga hanya mendidik akal melalui kajian-kajian keislaman, tetapi melalui praktik-praktik spiritual, serta tindakan melalui penananaman akhlak. Ini membentuk manusia seutuhnya (insan kamil) yang seimbang antara kecerdasan intelektual, emosional, dan spiritual.
Dalam pandangan modern, JATMAN bukanlah relik masa lalu yang usang, melainkan sebuah institusi yang menyimpan harta karun spiritualitas dan kearifan yang sangat dibutuhkan di era ini. Ia menawarkan peta jalan bagi mereka yang mencari makna hidup, ketenangan batin, dan panduan moral di tengah kompleksitas dunia.
Sejarah JATMAN di Sulawesi Selatan adalah cerminan dari vitalitas ajaran tasawuf yang terus hidup dan berkembang di tengah masyarakat. Dengan peran sentral para mursyid dan ulama kharismatik, JATMAN telah berhasil menjadi mercusuar spiritual yang membimbing umat menuju kedekatan dengan Tuhan, sekaligus menjadi penjabat tradisi Ahlussunnah wal Jama’ah. (din pattisahusiwa)