
Makassar, Inspirasimakassar.com:
Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) Kota Makassar menggelontorkan bantuan dana kepada pedagang pengecer yang masuk kategori usaha kecil menengah (UKM) yang selama ini sangat merasakan dampak pandemi Covid-19 sejak awal tahun 2020 lalu. Ada sekitar 25 UKM yang berhasil disurvei dan diasesmen oleh tim “Bos Dani” (Bantuan operasional duafa mandiri).
Dari 25 mustahik yang berhasil diasesman hanya 10 orang yang memenuhi krateria untuk diberi bantuan.
Adapun besarnya bantuan modal usaha yang diberikan bervariasi, tergantung jenis usaha dan kesesuaian kebutuhan. Besarannya sekitar antara Rp 3 juta hingga Rp 10 juta.
Penyerahan bantuan modal tersebut dilakukan dengan mendatangi langsung rumah-rumah mustahik, Sabtu-Minggu (26-27/9/2021), setelah sebelumnya dilakukan survei dan wawancara kepada calon penerima bantuan.
Pada tahap pertama bantuan diberikan kepada tiga mustahik masing-masing Anwar (usaha kacang telor) yang berdomisili di Kelurahan Karwisi Kecamatan Makassar, Syarif usahal kue kacang di Perumnas Sudiang, Rusni warga Rappocini yang jualan nasi kuning.
Penyerahan bantuan yang dilakukan Wakil Ketua Bidang 2 H. Jurlan Em Saho’as didampingi Kabid Pendistribusian dan Pendayagunaan Ahmad Gunawan, di rumah masing-masing dengan menaati Protkes Covid-19, memakai masker dan kos tangan serta mencuci tangan dengan sanitizer setiap kali meninggalkan tempat.
Waka 2 H. Jurlan mengatakan, pemberian bantuan modal usaha kepada UKM yang berdampak Covid-19 dimaksudkan untuk meringankan beban biaya produksi akibat pandemi Corona sekaligus mendampingi mereka agar usahanya bisa bangkit kembali di tengah pandemi yang cukup mempengaruhi daya beli dan minat pelanggannya.
Para mustahiq yang mendapatkan bantuan modal usaha mengaku senang dan bahagia karena sangat terbantu dengan kehadiran BAZNAS di tengah-tengah ketidak-berdayaan mengembangkan usaha, bahkan untuk bertahan hidup saja di tengah pandemi Covid-19 sangat sulit dilalui.
Syarif (56 THN), ayah empat anak ini yang sehari-harinya menekuni usaha jualan kue kacang dan kacang langkose dengan menitip di sejumlah toko dan warung, mengakui kalau sejak pandemi Covid-19 usahanya berdampak keras.
“Bahkan usaha kami mengalami penurunan yang sangat tajam. Jika sebelum Covid-19 keuntungan bisa mencapai 80 persen namun setelah Covid-19 keuntungan hanya tersisa 20 persen,” ungkap Syarif yang tinggal di rumah milik seorang keluarga yang ikut prihatin di Perumnas Sudiang.
Diakuinya, kue kacang yang dititipkan di sejumlah tokoh di sekitar tempat mukimnya dalam sehari berjumlah 20 toples besar. Kue kacang buatannya itu bisa bertahan hingga dua bulan, namun jika terkontaminasi dengan sinar matahari maka hanya bertahan tiga hari.
Pengakuan yang sama juga dikemukakan Anwar. Ayah enam anak warga Karuwisi Kecamatan Makassar ini mengaku, usaha kacang telor yang dibuat sendiri oleh istrinya memang sepanjang pandemi Covid-19 sangat mempengaruhi jumlah penjualan yang juga dititip di sejumlah toko dan warung.
“Namanya juga usaha keluarga maka mau tidak mau harus berusaha bertahan. Jika tidak, dimana kami harus memberi makan anak dan istri,” akunya.
Untuk bertahan dan mengimbangi terpaan Covid-19 lanjutnya, Syarif selain menyalurkan kacang telor buatan istrinya juga mengambil kue bakpia dari sebuah perusahaan kue yang memproduksi di Makassar.
Sementara Rusni, perempuan warga Rappocini yang sudah hampir tiga tahun ditinggal cerai suaminya, mengaku jika usaha jualan nasi kuning yang ditekuni sejak masih akur dengan mantan suaminya langsung tutup begitu diberlakukan pembatasan berkumpul atau kampus perguruan tinggi diliburkan akibat pandemi Covid-19.
“Tempat jualan saya memang dekat kampus UNM. Jadi pelanggan saya umumnya mahasiswa, sehingga begitu diliburkan dan kampus tutup ya jualan saya juga sepi dan akhirnya tutup,” ungkap Rusni sedih.
Diakui Rusni, selama berhenti jualan dia membantu-bantu pemilik toko campuran dekat mukimnya, bahkan sering menerima tawaran cuci pakaian untuk bertahan hidup dan memberi makan anak angkatnya.
(Jurlan Em Saho’as)